BISNISNEWS.COM – Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mendukung inisiatif Indonesia untuk pengembangan energi bersih, yang merupakan salah satu isu prioritas yang diangkat dalam KTT G20 di Bali kali ini.
“Berinvestasi dalam pengembangan energi bersih akan meningkatkan ketahanan energi dan memperkuat upaya bersama terhadap perubahan iklim,” kata Albanese, dalam penutupan KTT B20 di Nusa Dua, Bali, Senin 14 November 2022.
Sebagai negara yang kaya sumber energi terbarukan, dia mengatakan, Australia bekerja untuk menumbuhkan industri ekspor energi bersih.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Cerita Sukses Pelaku UMKM Binaan BRI, Hadirkan Batik Modern untuk Generasi Muda Lewat Ethnic Gendhis
BUMN Hadir di INACRAFT 2025: Mendorong UMKM Naik Kelas, Memajukan Ekonomi Kreatif Indonesia
Melalui Keberpihakan Terhadap UMKM dan Ekonomi Kerakyatan, BRI Berhasil Jaga Stabilitas Kinerja
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kerja sama energi bersih dengan Indonesia maupun negara lain, kata dia, akan dapat menumbuhkan ekonomi dan meningkatkan standar hidup masyarakat, dengan tetap memperhatikan pengurangan emisi CO2.
“Tidak ada yang kebal dari tantangan global perubahan iklim, karena itu kita semua memiliki peran untuk mencari solusi,” tutur dia.
Lebih lanjut, Albanese memuji kepemimpinan Indonesia dalam mengembangkan peta jalan transisi energi G20 yang dinilainya bisa mengirimkan pesan kuat ke pasar global dan memberi investor kepercayaan diri untuk meningkatkan ambisi mereka.
Baca Juga:
Program BRI Menanam Berhasil Serap Karbon 2.987 CO2e (Kg) per Tahun dan Dorong Ekonomi Masyarakat
Dengan mengetahui bahwa negara anggota G20 berkomitmen untuk mempercepat transisi menuju energi bersih.
“Itulah yang dibutuhkan di masa yang penuh ketidakpastian ini… bukan hanya tekad untuk menghadapi badai tetapi juga ambisi dan visi untuk berlayar melampauinya,” tutur Albanese.
Dalam KTT B20, Presiden Indonesia Joko Widodo mengundang Albanese untuk berinvestasi di industri baterai kendaraan listrik.
Jokowi mengatakan telah menawarkan potensi kerja sama industri baterai kendaraan listrik mengingat Indonesia memiliki cadangan nikel dan Australia sebagai salah satu produsen litium terbesar di dunia.
Baca Juga:
IHSG Diproyeksikan Melemah, Target Turun ke 7.277, Investor Mulai Kurangi Risiko di Pasar Modal
Namun, dia menggarisbawahi bahwa hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah harus dilakukan di Indonesia.
Sebagai pemilik 23 persen cadangan nikel dunia, Indonesia telah mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir dengan target produksi mobil listrik mencapai 600 ribu unit dan 2,45 juta sepeda motor listrik pada 2030.
Indonesia diperkirakan bisa mengurangi 3,8 juta ton emisi CO2 dengan pengembangan ekosistem kendaraan listrik.***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Hallo Media Network, semoga bermanfaat.