BISNISNEWS.COM – Pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS berpengaruh terhadap produk-produk dengan bahan baku dan bahan penolongnya bergantung pada impor
Penguatan dolar membuat supplier atau produsen harus mengeluarkan biaya yang lebih besar.
Untuk menebus bahan baku dan barang penolong yang diimpor, dibandingkan dengan sebelumnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Hanya barang yang memiliki kandungan bahan baku impor yang berpotensi mengalami kenaikan.
Produk-produk yang mengandung bahan baku kedelai seperti tahu dan tempe, berpotensi mengalami kenaikan.
Karena kits masih harus melakukan importasi bahan baku kedelai dari Amerika Latin.
Baca Juga:
Kelola Persediaan dan Stock Opname dengan Software Akuntansi Kledo
Aplikasi “Nihao China” Dilansir sebagai Solusi Terpadu bagi Wisatawan Internasional
Xinhua Silk Road: Hainan FTP Berkomitmen Terus Mengoptimalkan Iklim Usaha
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan hal tersebut dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (28/6/2024)
“Peritel nggak menaikkan harga, tapi karena mereka dari produsen, supplier menaikkan harga bahan baku dan penolongnya naik, otomatis akan terdampak ke hilir.”
“Karena eskalasi harga atau perubahan harga akan dilakukan oleh produsen bukan peritel, peritel ini kan ada di sektor hilir,” ujar Roy
Namun demikian, Roy mengatakan bahwa tidak semua produk ritel mengalami kenaikan harga.
Baca Juga:
Ulang Tahun ke-9, JULO Telah Salurkan 27 Triliun untuk Modal Usaha hingga Pendidikan
Vantage Raih Dua Nominasi di Vietnam dan Inggris dalam Ajang Finance Magnates Awards 2025
Produk Pakaian Juga akan Mengalami Kenaikan
Selain itu, produk pakaian juga akan mengalami kenaikan lantaran Indonesia masih mengimpor kapas.
“Bahan baku, bahan penolongnya naik, bayar dolar-nya lebih tinggi, itu yang akan terjadi. Tapi tidak pada semua produk,
arena tidak semua produk impor, tapi yang ada kandungan bahan baku dan penolongnya impor pasti akan berdampak kepada harga jual,” katanya.
Kenaikan harga barang, sebut Roy, bukan baru kali ini terjadi.
Menurutnya, pemerintah harus bergerak cepat untuk melakukan mitigasi agar daya beli masyarakat tetap terjaga.
Roy mengatakan, apabila daya beli masyarakat turun maka pertumbuhan ekonomi juga ikut berpengaruh,
“Pemerintah harus bergerak cepat untuk melakukan mitigasi, bantuan langsung tunai jangan berhenti, bansos harus tetap jalan untuk mendukung daya beli masyarakat,” ucap Roy.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Ekonominews.com dan Infofinansial.com
Jangan lewatkan juga menyimak berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Hello.id dan Heijakarta.com
Sedangkan untuk publikasi press release di media ini atau serentak di puluhan media lainnya, klik Rilisbisnis.com (khusus media ekbis) dan Jasasiaranpers.com (media nasional)
WhatsApp Center: 085315557788, 087815557788, 08111157788.
Pastikan download aplikasi portal berita Hallo.id di Playstore (android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik.















