BISNISNEWS.COM – Perkembangan teknologi yang sangat pesat terutama di bidang Artificial Intelligence (AI) tak hanya memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia, namun juga disertai munculnya potensi risiko kedepan, sehingga diperlukan penguatan regulasi.
Hal ini menjadikan bahasan terkait AI menjadi salah satu topik utama yang menjadi sorotan dalam gelaran World Economic Forum 2024 yang diselenggarakan di Davos pada 15-19 Januari 2024.
Direktur Utama BRI Sunarso yang hadir dalam event tersebut memberikan pandangan bahwa keberadaan AI berdampak meningkatkan produktivitas dan efisiensi di tubuh perseroan.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Kementan akan Bagikan Benih Gratis untuk Para Petani yang Lakukan Percepatan Tanam di Oktober 2024
Kick Off Semarak HUT 129 BRI di Kantor Pusat Jakarta, Usung Tema Brilian dan Cemerlang
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu produk hasil transformasi digital BRI yang terkait dengan AI yakni BRIBRAIN.
BRIBRAIN merupakan “pusat otak digital” BRI yang mengkonsolidasikan kapabilitas AI dan analitik, untuk meningkatkan customer engagement, anti-fraud & risk analytics, credit underwriting, hingga automasi untuk smart services & operations.
”AI Recommendation System yang dimiliki BRI telah diimplementasikan untuk memilih calon nasabah potensial berdasarkan data seperti jumlah simpanan, portofolio pinjaman, demografi dan lokasi.”
Baca Juga:
Wamentan Sudaryono Pastikan Ketersediaan Pupuk Aman, Dorong Petani Tanam di Bulan Oktober 2024
BRI Peduli Berhasil Kelola 22 Ton Sampah, Jaga Aspek Keberlanjutan Lingkungan Event MotoGP Mandalika
Layanan Wealth Management BRI Peroleh Pengakuan Kelas Dunia Sebagai Best Private Bank for HNWIs
“Dampaknya, dengan penggunaan AI mampu meningkatkan conversion rate sebesar 60% dan meningkatkan kualitas akuisisi debitur sebesar 49%,” jelas Sunarso.
Contoh lain adalah pemanfaatan AI pada BRImo, AI digunakan dalam memberikan rekomendasi transaksi serta penawaran produk yang customize sesuai profil nasabah.
”Pemanfaatan AI tersebut terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRImo, dan saat ini BRImo telah menjelma sebagai super apps serba bisa yang telah digunakan oleh 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp4.158 triliun atau tumbuh 55,8% yoy per Desember 2023”, ungkap Sunarso.
Di sisi lain, Sunarso juga menyoroti terkait pembatasan regulasi terkait AI sebagai upaya preventif mencegah terjadinya kejahatan di masa mendatang.
Baca Juga:
Wamentan Sudaryono Minta Jajaran Kementan Maksimalkan Pelayanan Terhadap Petani dengan Sepenuh Hati
Pisang Sale Mades Makin Berkembang lewat Pemberdayaan BRI, Mengolah Produk Kearifan Lokal
”Saya termasuk yang gelisah sedikit, yang saya gelisahkan sama yakni butuh regulasi.”
“Itu mesin memang bisa melakukan dan mengkerjakan ribuan algoritma, tapi kelemahannya tetap dia tidak punya perasaan.”
“Ketika data yang masuk tanpa perasaan, dimanipulasi, dan itulah yang terjadi di cyber crime.” Ada orang yang lebih pintar dari pencipta AI itu sendiri menggunakannya untuk cyber crime,” imbuh Sunarso.
Sunarso pun telah memiliki tiga strategi untuk mengurangi potensi risiko dari keberadaan AI.
“Satu yaitu regulasi, kedua adalah kemampuan teknis kita untuk menyaring tentang data yang akan dimasukkan ke engine AI itu, ketiga compliance barang siapa yang mengendalikan AI harus dipastikan paham betul terkait compliance bukan lewat peraturan tapi melalui hati nurani,” tegasnya.
“Jadi strategi jangka panjang, BRI tetap akan menerapkan strategi hybrid.”
“Menggunakan otak mesin yg tugasnya mengerjakan pekerjaan yang rumit dan berulang. Tapi menyimpulkan hasil akhir dan menentukan keputusan tetap harus manusia,” jelas Sunarso.
Terkait dengan agenda prioritas WEF terkait AI tersebut, Sunarso pun mengungkapkan bahwa apa yang menjadi visi, strategi dan yang telah dikerjakan BRI saat ini telah sejalan dengan agenda prioritas yang menjadi concern internasional pada World Economic Forum.***