Valuta Asing akan Semakin Kering dan Rupiah Semakin Turun, Bank Indonesia Bermain Api?

- Pewarta

Sabtu, 22 Oktober 2022 - 10:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gedung Bank Indonesia. (Dok. Bi.go.id)

Gedung Bank Indonesia. (Dok. Bi.go.id)

BISNISNEWS.COM – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 19-20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen, menjadi 4,75 persen.

Pasar memberi respons negatif. Kurs rupiah tertekan, melemah dan ditutup Rp15.631 per dolar AS pada perdagangan kemarin, 21 Oktober 2022.

Ini menunjukkan kebijakan Bank Indonesia tidak sejalan dengan harapan investor. Tentu saja investor asing.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sehingga dolar masih mengalir keluar, capital outflow, menekan kurs rupiah.

Karena selisih suku bunga acuan Bank Indonesia dengan the FED, Bank Sentral AS, sangat tipis.

Hanya 1,5 persen. Suku Bunga the FED 3,25 persen. Suku bunga Bank Indonesia 4,75 persen.

Masalahnya, tidak lama lagi, selisih suku bunga yang sangat sempit ini berpotensi menjadi lebih sempit lagi.

Ini yang memicu tekanan terhadap kurs rupiah dan capital outflow.

Karena the FED akan mengadakan Rapat pada 1-2 November yang akan datang.

Publik memperkirakan the FED akan menaikkan lagi suku bunga acuannya, mungkin 0,75 persen, atau bahkan 1,0 persen.

Lebih tinggi dari kenaikan suku bunga acuan BI yang hanya 0,5 persen ini.

Kenaikan suku bunga the FED diperkirakan akan agresif, mengingat inflasi di AS relatif belum turun.

Masih cukup tinggi, 8,2 persen pada September lalu.

Hanya turun 0,1 persen dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 8,3 persen.

Masalahnya, inflasi month-to-month  malah meningkat. Inflasi Agustus 2022 hanya 0,1 persen dibandingkan dengan Juli 2022.

Dan inflasi September 2022 naik menjadi 0,4 persen, dibandingkan Agustus 2022. Hal ini tidak baik.

Tren inflasi bulanan, month-on-month, meningkat. Mencerminkan tingkat suku bunga saat ini belum memadai untuk melawan inflasi.

Semua ini membuat tekanan terhadap kurs rupiah masih akan terus berlangsung, dan  akan semakin bertambah intens.

Sepertinya kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia luput mengantisipasi ini.

Valas akan semakin kering, rupiah menuju kutub selatan, ke bawah, alias turun.

Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies).***

Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Bisnisnews.com, semoga bermanfaat.

Berita Terkait

PR Newswire Gandeng PSPI Perluas Jangkauan Distribusi Press Release ke Kanal Berita Indonesia
Bank Jakarta Resmikan Biodigester Komunal di Pekayon, Hadirkan Solusi Sanitasi Modern dan Energi Terbarukan
TEI ke-40 Resmi Ditutup, Mendag Busan: Transaksi Lewati Target, Capai USD 22,80 Miliar
Bank Jakarta Raih Penghargaan Regional Banking ESG Excellence Awards 2025
Patriot Bond Rp50 Triliun: Strategi Danantara Biayai Energi Terbarukan Indonesia
Keputusan RUALB PROPAMI Dinilai Strategis untuk Adaptasi Industri Pasar Modal
Bank Jakarta Hadirkan Dukungan Tabungan bagi Finalis dan Pemenang Abang None 2025
BRI Apresiasi Kepercayaan Pemerintah dalam Penempatan Dana Rp55 Triliun, Fokus Salurkan Kredit UMKM dan Program Prioritas Pemerintah

Berita Terkait

Selasa, 18 November 2025 - 14:32 WIB

PR Newswire Gandeng PSPI Perluas Jangkauan Distribusi Press Release ke Kanal Berita Indonesia

Jumat, 14 November 2025 - 16:43 WIB

Bank Jakarta Resmikan Biodigester Komunal di Pekayon, Hadirkan Solusi Sanitasi Modern dan Energi Terbarukan

Senin, 20 Oktober 2025 - 17:48 WIB

TEI ke-40 Resmi Ditutup, Mendag Busan: Transaksi Lewati Target, Capai USD 22,80 Miliar

Jumat, 17 Oktober 2025 - 13:24 WIB

Bank Jakarta Raih Penghargaan Regional Banking ESG Excellence Awards 2025

Selasa, 14 Oktober 2025 - 10:59 WIB

Patriot Bond Rp50 Triliun: Strategi Danantara Biayai Energi Terbarukan Indonesia

Berita Terbaru