BISNIS NEWS – Asosiasi Profesor Indonesia bekerjasama dengan Universitas Paramadina mengadakan Webinar Nasional.
Webinar yang berlangsung Jumat, 25 Agustus 2022 ini bertema Transformasi Ekonomi Pasca Covid-19 untuk Meningkatkan Kesejahteraan.
Menghadirkan Keynote Speaker
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas FR (H.C.) H. Suharso Monoarfa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan nara sumber, antara lain:
1. Prof.Dr. Didin S. Damanhuri, SE, MS, DEA – Guru Besar, pengajar pada Universitas Paramadina
2. Prof. Marsuki, DEA – Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
3. Amalia Adininggar Widyasanti, ST, M.Si, M.Eng, Ph.D – Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas
Dirangkum dari kegiatan webinar nasional tersebut, di bawah ini adalah catatan penting dari Keynote Speaker, Nara Sumber maupun peserta, sebagai berikut:
Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc
Pemecahan masalah Ekonomi di Indonesia, bukan hanya tugas Pemerintah, tetapi juga menjadi tanggungjawab kita semua.
Termasuk masyarakat akademik di perguruan tinggi, kaum cerdik pandai, dengan ilmu dan pengalaman yang dimilikinya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti.
Melalui Seminar Nasional ini para profesor dan nara sumber yang dihadirkan diharapkan dapat memberikan pencerahan.
Juga Insights terkait dengan Transformasi Ekonomi Pasca Covid untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.
DR (H.C.) H. Suharso Monoarfa
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menguat. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2022 sebesar 5,44%.
Tren pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat di tengah kondisi stalasi global.
Dari sisi domestik, tingginya mobilitas masyarakat pada periode HBKN mendorong perbaikan kondisi ekonomi triwulan ini. Realisasi pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dbandingkan prakiraan Bappenas.
Dibandingkan dengan negara lain pertumbuhan ekonomi indonesia relatif tinggi.
Pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang indonesia pada triwulan II-2022 menunjukkan perlambatan.
Seiring meluasnya perang rusia-ukraina yang memperparah gangguan ratnai pasokan, lonjakan inflasi, dan memperburuk prospek ekonomi.
Jika dibandingkan negara lain, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2022 Indonesia relatif tinggi.
Begitu juga pemulihan ekonomi jika dibandingkan dengan triwulan II-2019 atau prapandemi, indeks pemulihan Indonesia pada triwulan II-2022 relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain.
Peningkatan mobilitas yang berimplikasi positif terhadap aktivitas perekonomian mendorong konsumsi RT mampu tumbuh tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Selain itu, pandemi covid-19 juga semakin terkendali
Pertumbuhan konsumsi pemerintah meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun masih terkontraksi. Belanja bantuan sosial tumbuh terakselerasi sebesar 81,2 persen, adapun realisasi program PEN hingga Juli 2022 32,2% dari pagu.
Investasi masih mampu tumbuh positif, namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekspor dan impor mampu mempertahankan pertumbuhan tinggi mencapai dua digit.
Net ekspor berkontribusi posistif seiring dengan pertumbuhan ekspor yang lebih besar dari impor yakni sebesar 2,1%.
Sektor dengan kontribusi terbesar, industri pengolahan, tumbuh positif namun lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
– Industri makanan/minuman tumbuh lebih rendah pada triwulan ini, didorong oleh peningkatan konsumsi saat Ramadhan dan Idul Ftri, namun tertahan oleh menurunnya ekspor CPO dan minyak goreng
– Terdapat empat subsektor yang tumbuh tinggi mencapai dua digit, diantaranya industri logam dasar, mesin dan perlengkapan, kulit dan teksil dan pakaian jadi.
Sektor pertanian tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
– Pertumbuhan positif ini didorong oleh subsektor perikanan yang tumbuh tinggi didorong oleh peningkatan produksi perikanan tangkap dan budi daya.
– Subsektor tanaman pangan juga tumbuh tinggi didorong peningkatan produksi tanaman padi dan lahan.
Sektor transportasi dan penyediaan akmamin tumbuh tinggi didorong oleh peningkatan kunjungan wisman dan
Sektor Industri pengolahan menjadi sektor dengan sumber pertumbuhan tertinggi pada triwulan II-2022 yakni sebesar 0,82 persen.
Adapun beberapa subsektor mampu tumbuh tinggi mencapai dua digit diantaranya, industri tekstil dan pakaian jadi yang tumbuh 13,74 persen (yoy) didorong oleh peningkatan permintaan pakaian jadi saat momen Ramadhan dan hari raya Idul Fitiri.
Secara keseluruhan terdapat tiga subsektor industri yang mengalami kontraksi, yaitu industri karet, furnitur dan barang galian bukan logam.
Seluruh provinsi mampu tumbuh positif pada Q2-2022. Pertumbuhan terendah dialami Sulawesi Barat (2,13% yoy) akibat terkontraksinya ekspor barang serta industri pengolahan dipicu turunnya produksi hasil olahan kelapa sawit.
Sementara pertumbuhan tertinggi ada pada Provisni Maluku Utara (27,74% yoy) didorong oleh masih berlanjutnya pertumbuhan yang tinggi pada komponen investasi dan ekspor sejalan dengan industri pengolahan khususnya hilirisasi nikel dan turunannya.
Tantangan Global diperkirakan masih akan tetap tinggi: Tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang terus meningkat.
Proyeksi inflasi yang lebih tinggi di negara maju dan negara berkembang, kebijakan zero Covid-19 Strategy Cina, Covid-19 dan gangguan rantai pasokan, tingginya ketidakpastian dan Risiko.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan luka mendalam (scarring effect) pada perekonomian.
Pandemi covid menyebabkan tingkat pengangguran dan kemiskinan meningkat cukup signifikan.
Skor PISA Indonesia yang sudah terbilang rendah diperkirakan akan semakin turun akibat Covid-19. Dalam jangka panjang, hal ini berpengaruh terhadap pendapatan siswa.
Isu strategis pasca covid-29: Learning Loss: Skor PISA iNdonesia berpotensi turun menjadi 350-360, dari 371 pada tahun 2018. Job Loss: Secara global, 110juta orang kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19.
Pemanfaatan Kanal Digital: Usaha yang menjual produk melalui kanal digital menikmati nilai penjualan tinggi dibanding dengan usaha yang tidak menjual produk daring.
Pemulihan Dunia Usaha: sebagian dunia usaha tutup permanen atau bangkut, menyebabkan luka permanen bagi prekenomian.
Pertumbuhan berkelanjutan: Emisi GRK ditargetkan menurun sebesar 20% pada 2024 dan mencapai 85% pada 2045.
Belajar dari Krisis Sebelumnya: Pertumbuhan Ekonomi Indoenesia Pasca Krisis 1998 tidak bisa mengembalikan pada trajectory tanpa krisis karena pertumbuhan potensial stagnan di 5%.
Rata-rata pertumbuhan 6% akan mengembalikan Indonesia pada trajectory PDB-nya pada tahun 2029.
Tugas Besar bangsa Indonesia adalah melakukan transformasi ekonomi Indonesia untuk mengangkat trajectory ekonomi, bukan hanya pemulihan ekonomi saja.
Pemulihan ekonomi bersifat jangka pendek yakni intervensi dari sisi permintaan (demand side). Yakni menjaga daya beli, bansos, subsidi dll.
Menciptakan permintaan dengan peluang kerja dan kebutuhan suplai barang/jasa.
Transformasi ekonomi bersifat jangka menengah – panjang. Yakni intervensi sisi produksi (production side). Total factor productivity, produktivitas modal, produktivitas tenaga kerja.
Berdasarkan perhitungan Sejak 2010 kita sudah menikmati bonus demografi, dimana angka dependency ratio kita sudah dibawah 50.
Tapi 2038-2039 titik kritis dimana kita akan kembali lagi diatas 50. Window opportunity kita sebenernya di tahun 2010-2037.
Kita tidak manfaatkan pada 10 tahun sebelumnya dan kita sekarang di tengahnya. Indonesia diharapkan dapat menjadi negara High Income dalam waktu 15-17 tahun ke depan.
Enam Strategi besar Transformasi Ekonomi Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan: SDM berdaya saing dan sejahtera, produktivitas sektor ekonomi, ekonomi hijau, transformadi digital, integrasi ekonomi domestik dan pengembangan IKN.
Prof. Didin S. Damanhuri
Saya kira tadi Bapak Menteri telah menyampaikan tentang success story Indonesia yang secara impresif mengalami pertumbuhan ekonomi 5,44% dengan inflasi memang agak naik tertinggi sejak tahun 2015 4,94%.
Tadi juga disambung dengan gambaran transformasi yang akan ditempuh oleh pemerintah dengan trajektori katakanlah sampai 2045.
Bagi saya pertumbuhan ekonomi kemudian GDP dan indikator-indikator makro itu adalah necessary condition.
Pak menteri sendiri menyampaikan bonus demografi bisa juga merupakan beban kalau prasyarat-prasyaratnya tidak juga dipenuhi.
Ketika alokasi fiskal yang menjadi andalan satu-satunya covid 19, awalnya memang seluruh dunia mengalami kegagapan bagaiman menangani covid 19.
Tetapi perdebatan yang ada di internal Indonesia itu menunjukkan peranan negara sangat diuji, dan akhirnya perdebatan ini kemudian tercapai kira-kira di angka 6692,5% tetapi pendekatan awalnya itu pemerintah sangat menekankan pada pendekatan suppy.
Yaitu stimulus kepada koperasi dan itu banyak ditentang oleh kalangan ekonom di luar bahwa krisis-krisis besar itu umumnya ketika fiskal policy menjadi satu-satunya andalan sehrusnya menjadi men side approach.
Perdebatan itu berlangsung cukup lama lebih dari 3 bulan barulah ada konsensus APBN 2020 dengan 695,2T itu agak lebih demand side jadi memperkuat daya beli masyarakat.
Kemudian 2021 setelah kita kena resesi kemudian kembali pemerintah kepada supply side yaitu memberikan stimulus kepada korporasi.
Mungkin ini karena lobi lobi swasta yang begitu kuat dan hampir seluruh korporasi besar itu mengalami kebangkrutan.
Sehingga akhirnya APBN 2021 mengalami adjustment dan lebih demand side pula.
Yang harus dicatat pada tahun 2021 Indonesia mengalami satu keadaan dimana penaganan covid 19 relatif yang terburuk.
Karena kita mengalami baik yang terinfeksi dan juga meninggal paling tinggi di dunia pada bulan Juli.
Tetapi yang ingin saya ungkapkan peranan negara yang relatif menjadi mindset Washington Consensus dan terjadi perdebatan yang demand side itu, dikala Covid ini dan juga krisis sebelumnya.
Ternyata dana solidaritas krusial dari masyarakat itu sangat besar, terjadi tolong menolong antar RT, antar saudara, pulau dan lain sebagainya.
Untuk ketiga kalinya Indonesia menurut The Economics Intelligent Unit terpilih sebagai the most generous society, negara yang paling dermawan di dunia.
Itu karena catatan dari investigasi mereka bahwa covid ini bukan hanya peran negara yang besar di dalam menangani covid tetapi juga ada peranan solidaritas social.
Termasuk solidaritas financial, mungkin dalam agama ada yang kita sebut ta’awun apakah itu yang formal ataukah yang bersifat spontan.
Inilah yang saya kira Indonesia tahun 1998 menurut pengamat barat juga akan luluh lantak juga akhirnya recover, dan juga pada tahun 2020 Indonesia.
Pada akhirnya di akhir 2021 dengan perdebatan setelah ditangani PLDB dan dia pun terbuka untuk mengerahkan seluruh keahlian saya dengar itu yang diperlukan.
Telah terjadi kritik yang sangat besar pada ketua penanganan covid awal seluruh Indonesia kemudian dibagi menjadi Jawa dan Luar Jawa.
Di akhir 2021 Indonesia tercatat sebagai salah satu yang relatif bisa recover baik itu penanganan covid yang relatif berhasil.
Tetapi juga alokasi fiskal walaupun dengan kebocoran yang relatif tinggi dengan korupsi dan sebagainya akhirnya juga cukup efektif.
Sehingga awal 2022 Indonesia kemudian bukan hanya tidak terkena resesi kembali kemudian tercatat dengan pertumbuhan ekonomi year to year sekitar 7% atau Q1 sekitar 3%.
Ini saya ingin mengatakan bahwa peranan negara yang relatif dikoreksi dengan adanya pandemi dan itu juga bukan hanya di Indonesia itu juga terjadi di Amerika dengan Trump pemerintah yang relatif tidak percaya dengan adanya covid.
Sejak awal sampai akhirnya saat ini Amerika masih sebuah negara yang paling tinggi baik itu terinfeksi, tingkat kematian, dan lain sebagainya menurut WHO.
Kalau tadi dikatakan ada 3 hal yang disampaikan pak Menteri tetapi tanpa mengoreksi kepemilikan aset, tanpa mengoreksi struktur oligopolistik.
Terutama di bagian pangan dan berbagai sektor ekonomi yang telah approven dari berbagai studi, maka saya kira omnimbus law ini tidak akan mengkoreksi ICOR yang data kami dengan ICOR yang sekarang ini sudah mencapai menurut BPS 0,62-0,68.
Jadi ICOR yang sangat tinggi ini menunjukkan inefisiensi ekonomi dan korupsi yang besar. ICOR negara tetangga itu dibawah 0,5 bahkan ada yang 0,3.
Jadi inefisiensi makro ekonomi telah membuat struktur oligopoli dan oligarki telah membuat pertumbuhan ekonomi setinggi apapun akan hanya dinikmati oleh kelompok organisasi besar dan mengorbankan kelompok 40% paling bawah.
Prof. Marsuki
Bagi saya secara pribadi ide tentang transformasi ekonomi ini kalau tidak salah memang didengungkan dengan sangat oleh pemerintahan pak Jokowi.
Ya pada awal periode pertama semenjak 2014, kemudian itu menjadi keputusan politik yang bagus hingga tahun 2019 sampai dengan 2024.
Sehingga transformasi ekonomi dianggap sebgai jalan untuk menuju Indonesia yang lebih maju dengan sebenarnya berdarkan dengan pesan – pesan yang sudah menjadi perbincangan internasional.
Indonesia salah satu negara yang punya perspektif dan prospek sebagai negara besar pada tahun 2050, dan ini merupak hal yang sangat logic melihat potensi dan peluang bagi Indonesia kedepan.
Jadi transformasi ekonomi yang menjadi tekad besar pemerintahan Jokowi di awal 2014 kemudian secara politik di deklarasi tahun 2019-2024 dari RPJMN.
Itu menjadi sesuatu yang harus dilakukan karena merupakan janji politik ya, dan dilanjutkan pada periode yang sekarang.
Yang menarik kenapa isu ini dianggap pemerintah wajar untuk dilakukan karena beberapa negara besar PCW kemudian Mckenzie itu sudah mendeklarasi Indonesia adalah salah satu negara di dunia.
Yang punya prospek besar untuk bertumbuh dan berkembang dan sejahtera tahun 2050 dan itu menjadi referensi pemerintah.
Transformasi ekonomi ini dianggap menjadi jembatan emas untuk mewujudkan Indonesia maju terutama di tahun 2045.
Memperingati 100 tahun Indonesia merdeka, disitu diharapkann pendapatan per kapita meningkat, kemiskinan itu bisa terkurangi termasuk pengangguran, dan keadilan sosial bisa merata.
Tetapi itu tentu saja bukan keadaan yang serta merta dapat tercapai ada pre condition yang harus disiapkan oleh pemerintah.
Dr. Amalia A. Widyasanti
Tentunya ekonomi Indonesia harus tumbuh tinggi untuk mengembalikan pada trajectory PDB sebelum krisis.
Hasil hitungan kami di Bappenas bapak dan ibu dengan pertumbuhan rata-rata 6% maka kita baru bisa mengembalikan trajectory PDB tanpa krisis itu kira-kira di tahun 2029.
Yang biru adalah trajectory PDB tanpa krisis sementara warna orange adalah trajectory dengan adanya krisis covid 2020 dan 2021.
Tanpa transformasi ekonomi sulit rasanya Indonesia untuk lepas dari middle income trap, dengan hanya rata-rata pertumbuhan 5% maka Indonesia tidak akan mencapai negara berpendapatan tinggi sebelum 2045 bahkan sampai 2045 pun kita masih menjadi negara berpendapatan menengah atau middle income country.
Tanpa redesain transformasi ekonomi pun kami melihat bahwa kita akan disalip oleh Filipina pada tahun 2037 kalau kita hanya tumbuh 5% dan ada kemungkinan disalip oleh Filipin pada tahun 2037 dan Vietnam pada tahun 2043.
Kita tahu saat ini Vietnam pendapatan per kapita nya juga masih dibawah Indonesia tapi kalau rata-rata pertumbuhannya berpuas diri di 5%, posisinya di ASEAN pun kita akan tertinggal bahkan tidak dapat membawa Indonesia lepas dari middle income trap.
Mengapa karena Filipna dan Vietnam dalam rata-rata 10 tahun selalu tumbuh di atas 6%.
Contoh pada periode 2010-2019 dikala Indonesia tumbuh 5,4%, Vietnam mampu tumbuh 6,5%, dan Filipina tumbuh 6,4%.
Rata-rata pada periode 2015-2019 di saat rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada 5,0%
Sementara Vietnam mampu tumbuh dengan rata-rata 6,9%, dan Filipina dapat tumbuh dengan kisaran rata-rata 6,6%.
Jika mereka tubuh terus diatas 6% dan kita tidak bisa mempercepat ataupun mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kita suatu saat kita akan disalip oleh kedua negara ini.
Redesain transformasi ekonomi pasca covid 19 ini di Bappenas menurut kami sangat urgent karena transformasi ekonomi ini dibutuhkan untuk mengemblikan tingkat kemiskinan dibawah satu digit dan segera mengeluarkan penduduk Indonesia dari rentan ekstrim poverty.
Di Pandemi covid 19 telah mengembalikan tingkat kemiskinan kedua digit. Saat ini 140 juta (53%) penduduk Indonesia masih berada pada kelompok renta miskin. Jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia (3,7%) dan Thailand (8,4%).
Sehingga kalau masih banyak penduduk Indonesia yang berada pada kelompok rentan miskin ini sangat memungkinkan untuk terjatuh kembali dalam jurang kemiskinan jika ada shock ataupun guncangan dari perekonomian di masa depan nantinya.
Tentunya untuk mewujudkan visi Indonesia 2045 ini kita harus bertransformasi, dan aspek fundamental dari transformasi ekonomi yang harus kita siapkan.
Dari sekarang berkaca pada pengalaman beberapa negara yang berhasil keluar dari MIT seperti Jepang, Korea, dan China.
China diramalkan akan segera keluar dari MIT kalau Korea dan Jepang sudah menjadi negara berpendapatan tinggi.
Ada dua aspek fundamental penting yang pertama adalah penguatan ataupun pengembangan human capital yang disertai dengan riset dan inovasi yang tangguh. Dan yang kedua adalah penguatan kelembagaan.
Ini yang kita sebut sebagai fondasi penting untuk kita bisa lalu melakukan transformasi ekonomi secara konsisten dan terus menerus sehingga kita betul-betul bisa lepas dari middle income trap.
Sebelum kita graduate menjadi negara High Income Country, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum kita menghadapi krisis covid 19.
Pertumbuhan ekonomi kita mengalami kelambatan dan sempat stuck di kisaran 5% akibat dari yang pak Menteri sampaikan.
Karena memang produktivitas kita menurun. Faktor productivity kita jika dibandingkan dengan negara lain kita masuk di yang palin rendah.
Intinya transformasi ekonomi adalah peningkatan produktivitas. Pertama adalah memindahkan atau yang biasa kita sebut structural reform transformation yaitu merubah struktur ekonomi kita
Kita menggeser struktur ekonomi yang berbasis komoditas kita pindahkan kepada sektor-sektor yang bernilai lebih tinggi dimana kita bisa memindahkan tenaga kerja.
Dari yang sektor berbasis komoditas kita geser menjadi tenagakerja yang bisa lebih berkontribusi kepada sektor sektor yang lebih produktif dan bisa menghasilkan nilai yang lebih tinggi.
Itu cara pertama, kemudian cara kedua untuk meningkatkan produktivitas adalah bisa juga kita meningkatkan produktivitas di dalam sektor itu sendiri.
Misalnya contoh relokasi sumberdaya dari perusahaan yang tidak produktif direlokasi ke perusahaan pertanian yang lebih produktif di dalam sektor yang sama.
Sekali lagi transformasi ekonomi adalah peningkatan produktivitas bisa dengan menggeser struktur perkenomian dan juga kita bisa lakukan secara paralel meningkatkan produktivitas di dalam masing-masing sektor yang kita miliki.
Pemanfaatan bonus demografi adalah kunci untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi kita tetapi tentunya SDM yang kita miliki harus betu-betul ditata kemudian didorong kualitas dan produktivitasnya.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang inklusif dan berkelanjutan tentunya kami mengharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan bisa lebih dinikmati oleh semua lapisan masyarakat.
Kita sudah meluncurkan dan menyusun peta jalan Ekonomi Kerthi Bali menuju Bali Era Baru: HIjau, Tangguh, dan Sejahtera. Ini adalah contoh dari transformasi ekonomi yang kita terapkan di salah satu provinsi.
Mengapa Bali duluan karena waktu itu saat pandemi covid kami melihat Bali adalah ekonomi yang harus kita selamatkan terlebih dahulu.
Karena saat pandemi ekonomi bali adalah yang terpuruk di antara 34 provinsi. Di saat ekonomi nasional dan ekonomi provinsi lain terkontraksi sekitar -3 – -5%, Bali terkontraksi sebesar -9,9%.
Di tahun 2021 di saat sebagian besar ekonomi di Indonesia sudah mencatatkan pertumbuhan positif, Bali adalah provinsi yang masih mengalami pertumbuhan negatif.
Dengan demikian kita melihat Bali adalah provinsi yang ekonominya palin rentan pada gejolak maupun goncangan eksternal.
Oleh karena itu, kami segera menyusun roadmap dari transformasi ekonomi Kerthi Bali bersama-sama denga provinsi Bali tentunya, ini diluncurkan dengan pak Presiden pada tanggal 3 Desember 2021 di Bali.***