BISNISNEWS.COM – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 19-20 Oktober 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5 persen, menjadi 4,75 persen.
Pasar memberi respons negatif. Kurs rupiah tertekan, melemah dan ditutup Rp15.631 per dolar AS pada perdagangan kemarin, 21 Oktober 2022.
Ini menunjukkan kebijakan Bank Indonesia tidak sejalan dengan harapan investor. Tentu saja investor asing.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Nasabah Prioritas Capai 161 Ribu, Kelolaan Aset Wealth Management BRI Tumbuh 23,05%
KPK akan Terbitkan DPO Jika Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor Bersikap Tak Kooperatif
Alexandra Askandar: Pionir ESG dalam Dunia Perbankan Indonesia
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sehingga dolar masih mengalir keluar, capital outflow, menekan kurs rupiah.
Karena selisih suku bunga acuan Bank Indonesia dengan the FED, Bank Sentral AS, sangat tipis.
Hanya 1,5 persen. Suku Bunga the FED 3,25 persen. Suku bunga Bank Indonesia 4,75 persen.
Baca Juga:
Dirut BRI Sunarso Dinobatkan Sebagai Best CEO, BRI Raih 3 Penghargaan dalam TOP BUMN Awards 2024
Jokowi Langsung Pulang ke Solo Usai Prabowo Subianto Dilantik Jadi Presiden RI Periode 2024 – 2029
Masalahnya, tidak lama lagi, selisih suku bunga yang sangat sempit ini berpotensi menjadi lebih sempit lagi.
Ini yang memicu tekanan terhadap kurs rupiah dan capital outflow.
Karena the FED akan mengadakan Rapat pada 1-2 November yang akan datang.
Publik memperkirakan the FED akan menaikkan lagi suku bunga acuannya, mungkin 0,75 persen, atau bahkan 1,0 persen.
Baca Juga:
Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut Semaya di Nusa Penida, Bali
Pihak Istana Tanggapi Gugatan Perdata yang Dilayangkan oleh Rizieq Shihab kepada Presiden Jokowi
Minergi Media Luncurkan Portal Tambangpost.com Dukung Dukung Hilirisasi Tambang dan Ketahanan Energi
Lebih tinggi dari kenaikan suku bunga acuan BI yang hanya 0,5 persen ini.
Kenaikan suku bunga the FED diperkirakan akan agresif, mengingat inflasi di AS relatif belum turun.
Masih cukup tinggi, 8,2 persen pada September lalu.
Hanya turun 0,1 persen dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 8,3 persen.
Masalahnya, inflasi month-to-month malah meningkat. Inflasi Agustus 2022 hanya 0,1 persen dibandingkan dengan Juli 2022.
Dan inflasi September 2022 naik menjadi 0,4 persen, dibandingkan Agustus 2022. Hal ini tidak baik.
Tren inflasi bulanan, month-on-month, meningkat. Mencerminkan tingkat suku bunga saat ini belum memadai untuk melawan inflasi.
Semua ini membuat tekanan terhadap kurs rupiah masih akan terus berlangsung, dan akan semakin bertambah intens.
Sepertinya kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia luput mengantisipasi ini.
Valas akan semakin kering, rupiah menuju kutub selatan, ke bawah, alias turun.
Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies).***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Bisnisnews.com, semoga bermanfaat.