BISNIS NEWS – Kenaikan tiket TN Komodo telah menimbulkan keresahan masyarakat.
Wisatawan lokal seperti sesak nafas mendengar kenaikan yang mencapai 25 kali lipat dari harga semula Rp150 ribu.
Harga Rp. 3,7 juta untuk harga tiket masuk ke tempat wisata TN Komodo kini tidak bisa dijangkau warga menengah ke bawah. Harga tersebut merupakan harga yang terlalu fantastis.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Proyek Tanggul Laut Fayah Kolaborasi RI‑Belanda Dimulai
Tiga UKM Makanan Indonesia Ikuti Seoul Food & Hotel 2025 Melalui Fasilitasi BNI
Raja Ampat Memanas: Empat Tambang Nikel Disorot, Indikasi Korupsi Menguat di Balik Izin Lingkungan

SCROLL TO RESUME CONTENT
Berwisata di TN Komodo bagi masyarakat kelas bawah menjadi sebuah fantasi belaka? Sebuah diskriminasi tiada tara.
Tentunya sangat wajar jika banyak wisatawan yang mengurungkan niat untuk berwisata ke tempat ini hingga membatalkan niatnya yang berakibat para pelaku usaha tour and travel menjadi kelimpungan.
Kondisi ini menyebabkan pemulihan pariwisata Indonesia setelah dihajar pandemi akan terhambat dan akhirnya pemulihan ekonomi semakin jalan ditempat.
Baca Juga:
MAKI Laporkan Pimpinan KPK Terkait Lambannya Penanganan Kasus Korupsi Dana CSR Bank Indonesia
Duel Elon Musk dan Donald Trump: Dampaknya pada Kebijakan Energi Baru dan Pasar Saham Amerika
Setelah polemik kenaikan harga tiket masuk ke Candi Borobudur memicu reaksi protes dari masyarakat seolah-olah pemerintah tidak mengambil pelajaran.
Sehingga hal serupa diterapkan di TN Komodo dengan rentang kenaikan yang dianggap sangat berlebihan. Keduanya sama-sama beralasan untuk konservasi.
Tentunya hal ini berakibat kurangnya pengunjung ke TN Komodo yang berakibat menurunnya pendapatan bagi masyarakat yang membuka usaha di sekitarnya.
Multiplayer efek bagi perekonomian masyarakat yang semestinya ditingkatkan malah mengalami kemerosotan.
Baca Juga:
Bank DKI–Bank Maluku Malut Jalin KUB, Dorong Konsolidasi Perbankan Daerah
CSA Index Juni 2025 Jadi Bukti Momentum Kebangkitan Pasar Saham Nasional
Komitmen BRI Mendapat Pengakuan atas Peran Nyata dalam Urban Farming dan Pemberdayaan Perempuan
Demo Kenapa Ditangkap?
Wajar jika pelaku wisata melakukan demo karena banyak perut yang menjadi korban akibat kebijakan ini.
Ketenangannya terusik. Lagi-lagi masyarakat yang disalahkan mengenai alasan konservasi ini.
Dan sungguh sangat memprihatinkan, masyarakat pelaku wisata yang mencoba memperjuangkan hidupnya dengan aksi protes mendapat perlakuan represif dari aparat.
Sudah jatuh ketiban tangga pula. Sepertinya bangsa ini sudah mulai kehilangan nurani.
Kenaikan harga tiket masuk ke TN Komodo ini harus dibatalkan. Jika tidak maka hal ini akan berdampak buruk bagi masyarakat.
Kebijakan kenaikan HTM ke TN Komodi ini sangat tidak bijak, apalagi hal ini dilakukan saat daya beli masyarakat masih lemah akibat pandemi covid dan masih dalam masa pemulihan.
Ditambah lagi dengan ancaman virus baru yaitu cacar monyet. Masyarakat kelas bawah selalu yang terkena imbas sangat berat.
Untuk konservasi alam di lokasi TN Komodi agar terjaga kelestariannya tentunya ada cara yang lebih efektif agar tanggungjawab tersebut dapat dipikul oleh masyarakat secara bersama-sama.
Yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, fungsikan petugas yang ada dalam mengendalikan pengunjung agar tidak merusak lingkungan, dan lain-lain.
Dan tentunya hal-hal tersebut harus dilaksanakan dengan konsisten dan penuh kedisiplinan.
Oleh: Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute.***