BISNIS NEWS – Kenaikan tiket TN Komodo telah menimbulkan keresahan masyarakat.
Wisatawan lokal seperti sesak nafas mendengar kenaikan yang mencapai 25 kali lipat dari harga semula Rp150 ribu.
Harga Rp. 3,7 juta untuk harga tiket masuk ke tempat wisata TN Komodo kini tidak bisa dijangkau warga menengah ke bawah. Harga tersebut merupakan harga yang terlalu fantastis.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Nasabah Prioritas Capai 161 Ribu, Kelolaan Aset Wealth Management BRI Tumbuh 23,05%
KPK akan Terbitkan DPO Jika Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor Bersikap Tak Kooperatif
Alexandra Askandar: Pionir ESG dalam Dunia Perbankan Indonesia
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berwisata di TN Komodo bagi masyarakat kelas bawah menjadi sebuah fantasi belaka? Sebuah diskriminasi tiada tara.
Tentunya sangat wajar jika banyak wisatawan yang mengurungkan niat untuk berwisata ke tempat ini hingga membatalkan niatnya yang berakibat para pelaku usaha tour and travel menjadi kelimpungan.
Kondisi ini menyebabkan pemulihan pariwisata Indonesia setelah dihajar pandemi akan terhambat dan akhirnya pemulihan ekonomi semakin jalan ditempat.
Baca Juga:
Dirut BRI Sunarso Dinobatkan Sebagai Best CEO, BRI Raih 3 Penghargaan dalam TOP BUMN Awards 2024
Jokowi Langsung Pulang ke Solo Usai Prabowo Subianto Dilantik Jadi Presiden RI Periode 2024 – 2029
Setelah polemik kenaikan harga tiket masuk ke Candi Borobudur memicu reaksi protes dari masyarakat seolah-olah pemerintah tidak mengambil pelajaran.
Sehingga hal serupa diterapkan di TN Komodo dengan rentang kenaikan yang dianggap sangat berlebihan. Keduanya sama-sama beralasan untuk konservasi.
Tentunya hal ini berakibat kurangnya pengunjung ke TN Komodo yang berakibat menurunnya pendapatan bagi masyarakat yang membuka usaha di sekitarnya.
Multiplayer efek bagi perekonomian masyarakat yang semestinya ditingkatkan malah mengalami kemerosotan.
Baca Juga:
Pemberdayaan BRI Tingkatkan Skala Usaha Klaster Usaha Rumput Laut Semaya di Nusa Penida, Bali
Pihak Istana Tanggapi Gugatan Perdata yang Dilayangkan oleh Rizieq Shihab kepada Presiden Jokowi
Minergi Media Luncurkan Portal Tambangpost.com Dukung Dukung Hilirisasi Tambang dan Ketahanan Energi
Demo Kenapa Ditangkap?
Wajar jika pelaku wisata melakukan demo karena banyak perut yang menjadi korban akibat kebijakan ini.
Ketenangannya terusik. Lagi-lagi masyarakat yang disalahkan mengenai alasan konservasi ini.
Dan sungguh sangat memprihatinkan, masyarakat pelaku wisata yang mencoba memperjuangkan hidupnya dengan aksi protes mendapat perlakuan represif dari aparat.
Sudah jatuh ketiban tangga pula. Sepertinya bangsa ini sudah mulai kehilangan nurani.
Kenaikan harga tiket masuk ke TN Komodo ini harus dibatalkan. Jika tidak maka hal ini akan berdampak buruk bagi masyarakat.
Kebijakan kenaikan HTM ke TN Komodi ini sangat tidak bijak, apalagi hal ini dilakukan saat daya beli masyarakat masih lemah akibat pandemi covid dan masih dalam masa pemulihan.
Ditambah lagi dengan ancaman virus baru yaitu cacar monyet. Masyarakat kelas bawah selalu yang terkena imbas sangat berat.
Untuk konservasi alam di lokasi TN Komodi agar terjaga kelestariannya tentunya ada cara yang lebih efektif agar tanggungjawab tersebut dapat dipikul oleh masyarakat secara bersama-sama.
Yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, fungsikan petugas yang ada dalam mengendalikan pengunjung agar tidak merusak lingkungan, dan lain-lain.
Dan tentunya hal-hal tersebut harus dilaksanakan dengan konsisten dan penuh kedisiplinan.
Oleh: Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute.***