Sering Kasih Sinyal Harga BBM Akan Naik, Pemerintah dan Pertamina Segera Lempar Handuk?

- Pewarta

Minggu, 14 Agustus 2022 - 20:24 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Presiden Jokowi mengungkapkan untuk kelima kalinya bahwa tidak ada negara yang mampu mensubsidi BBM. (Dok. Bphmigas.go.id)

Presiden Jokowi mengungkapkan untuk kelima kalinya bahwa tidak ada negara yang mampu mensubsidi BBM. (Dok. Bphmigas.go.id)

BISNIS NEWS – Di saat bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite agak langka di berbagai SPBU akibat jebolnya kuota subsidi dan Pertamina tidak mau rugi, di saat bersamaan tampaknya Pemerintah akhirnya terpaksa ‘lempar handuk’.

Pemerintah akhirnya akan memilih menaikan harga beberapa jenis BBM dan LPG 3 kg dengan tujuan mengurangi beban subsidi energi yang saat ini sudah jumlah totalnya sudah mencapai Rp 502 triliun.

“Itu pilihan sangat sulit dari beberapa pilihan sulit yang ada, meskipun dampaknya akan luar bisa menaikan harga-harga barang di saat lemahnya daya beli rakyat akibat pandemi Covid19 adalah suatu keniscayaan.”

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Karena kantong Pemerintah memang lagi bokek, apa boleh buat,” ungkap Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, Minggu, 14 Agustus 2022.

Sehingga program digitalisasi 5518 SPBU seluruh Indonesia bernilai Rp 3,6 triliun oleh PT Telkom patut dipertanyakan efektifitasnya yang awalnya digagas bisa mengendalikan penggunaan BBM subsidi tepat sasaran.

Terbukti tidak berfungsi, bahkan Kepala BPH Migas Fansurullah Asa saat itu pernah bersurat resmi ke KPK untuk diaudit tehnologinya, namun tidak ada realisasinya entah apa alasannya, kata Yusri.

Indikasi lainnya, menurut Yusri, semakin nyata setelah Presiden Jokowi mengungkapkan untuk kelima kalinya bahwa tidak ada negara yang mampu mensubsidi sebesar itu.

Apalagi dalam kondisi global saat ada ancaman krisis energi dan krisis pangan serta krisis keuangan akibat dampak perang Rusia dengan Ukraina.

Hal itu tegas diucapkan kembali oleh Presiden Jokowi di hadapan semua Pimpinan Lembaga Tinggi Negara yang diundang ke Istana Presiden pada Jumat (12/8/2022).

Hadir di antaranya Ketua MPR, Ketua DPR, Ketua DPD, Ketua Makamah Konstitusi, Ketua Makamah Agung, Ketua BPK dan Ketua Komisi Yudisial.

“Anehnya lagi, yang mengumumkan rencana kenaikan BBM ini bukannya Menteri ESDM, tetapi Menteri Investasi BKPM Bahlil yang bukan tupoksinya, atau memang sudah tukar posisi?,” heran Yusri.

Pasalnya, kata Yusri, Bahlil mengucapkan itu kepada media pada Jumat (12/8/2022), bahwa jika harga minyak dunia di atas USD 100 per barel dan Pemerintah tetap menahan harga jual BBM Pertamina, maka subsidi Pemerintah bisa mencapai Rp 600 Triliun, karena asumsi di APBN hanya USD 63 perbarel dengan nilai tukar rupiah 14.750 perdolar.

Sebelumnya, lanjut Yusri, Presiden Jokowi juga sudah pernah menyampaikan hal itu di hadapan forum silahturami PPAD (Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat) di Sentul Jawa Barat pada hari Jumat (5/8/2022).

Jokowi mengatakan, subsidi tersebut ditujukan untuk beberapa jenis barang. Antara lain LPG 3 kg dan tarif listrik dengan kapasitas di bawah 3.000 VA, serta Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite yang kini dijual Rp 7.650.

“Kita patut bersyukur Alhamdulillah kalo bensin di negara lain BBM harganya sudah Rp 32 ribu, Rp 31 ribu, di Indonesia pertalite masih Rp 7.650,” kata Jokowi.

Terkait hal itu, Yusri berpendapat agak kurang tepat jika Presiden Jokowi membandingkan harga BBM kita dengan negara lain yang menjual Rp 31 ribu perliter itu.

“Sebab, tidak sepadan atau tidak ‘apple to apple’, atau jangan-jangan presiden dibisikan yang salah oleh pembisiknya,” kata Yusri.

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

Takutnya, pembantu pembantu Presiden ini punya agenda masing masing untuk 2024, sehingga bisa terjadi sebelumnya telah memberikan masukan yang menyesatkan bagi Presiden, ini yang harus diwaspadai.

Begitu juga soal kesulitan PLN dalam memenuhi kebutuhan batubara sebagai energi primernya, hampir 60 % dari seluruh pembangkit listrik PLN menggunakan batubara.

Ini akibat perubahan UU Minerba nomor 3 tahun 2020, hilang kesempantan BUMN Tambang dan anak usaha PLN bisa menguasai 7 tambang raksasa PKP2B milik taipan batubara yang sudah berakhir kontraknya.

Akibatnya PLN terjebak mengemis pasokan batubara berupa kewajiban DMO (Domestic Market Obligation), harus diusut siapa pembisik Presiden sehingga mau menyetujui perubahan UU Minerba itu?, geram Yusri.

Cilakanya lagi, lanjut Yusri, ada komentar Menteri BUMN Erick Thohir bahwa tidak tepat membandingkan harga BBM Pertamina dengan Malaysia.

“Jadi Erick mau dibandingkan dengan negara mana? Sebutkan dong dengan negara mana tepatnya dibandingkan, bukan asal membantah,” tanya Yusri penuh heran.

“Apa Erick Thohir lupa bahwa janji kampanye Jokowi sebelum terpilih jadi presiden pada 2014, bahwa jelas dikatakan bahwa jika terpilih jadi Presiden”

“Jokowi akan membesarkan Pertamina mengalahkan Petronas, nah janji itulah yang ditunggu realisasinya oleh publik,” kata Yusri.

Jadi, tegas Yusri, membandingkan harga BBM Indonesia dengan Malaysia, jauh lebih tepat dari negara lainnya, karena karakteristiknya hampir sama-sama sebagai net importir juga.

“Hanya kita angka import sudah mencapai sekitar 60% dari total komsumsi nasional yang katanya hari ini sudah mencapai 1,5 juta barel perhari, tetapi kalau Malaysia hanya sekitar 20% importnya,” kata Yusri.

Selain itu, sambung Yusri, beda pola distribusi Pertamina memang jauh lebih rumit dari pada Malaysia, karena negara kepulauan, pola distribusi paling rumit di dunia tidak bisa dibantah.

“Jadi soal beban biaya distribusi saja yang berbeda, beban itupun selisihnya tidak terlalu signifikan terhadap harga keekonomian BBM.”

“Yang signifikan adalah harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah serta biaya pengolahaan di kilang” ungkap Yusri.

Seharusnya, ulas Yusri, dicari akar masalah apa penyebab harga keekonomian BBM Pertamina jauh lebih tinggi dibandingkan harga BBM Malaysia.***

Berita Terkait

Sri Mulyani Bertemu dengan 40 Pengusaha US – ASEAN Business Council, Bahas Prioritas Ekonomi Indonesia
Penurunan Produksi Masih Terus Berlangsung Jadi Tantangan Utama yang Dihadapi Industri Hulu Migas Saat Ini
Di Hadapan Para Pimpinan Perusahaan AS – ASEAN, Prabowo Subianto Puji Kinerja Kabinet Merah Putih
Prabowo Subianto Berharap Tahun 2025 Tak Impor Beras, Tren Produksi Pangan Indonesia Meningkat
Dukung Stabilitas Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif, BRI Raih 2 Penghargaan Bank Indonesia Awards 2024
Kadin Indonesia Beber Alasan Minta Kenaikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai Sebesar 12 Persen Ditunda
Konsisten Meningkatkan Kualitas Implementasi GCG, BNI Kembali Raih Predikat ‘The Best Overall in Corporate Governance’
Unggul dalam Tata Kelola, BRI Dinobatkan Sebagai The Most Trusted Company 2024
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Rabu, 4 Desember 2024 - 14:44 WIB

Sri Mulyani Bertemu dengan 40 Pengusaha US – ASEAN Business Council, Bahas Prioritas Ekonomi Indonesia

Rabu, 4 Desember 2024 - 07:42 WIB

Penurunan Produksi Masih Terus Berlangsung Jadi Tantangan Utama yang Dihadapi Industri Hulu Migas Saat Ini

Selasa, 3 Desember 2024 - 16:24 WIB

Di Hadapan Para Pimpinan Perusahaan AS – ASEAN, Prabowo Subianto Puji Kinerja Kabinet Merah Putih

Selasa, 3 Desember 2024 - 14:31 WIB

Prabowo Subianto Berharap Tahun 2025 Tak Impor Beras, Tren Produksi Pangan Indonesia Meningkat

Senin, 2 Desember 2024 - 10:37 WIB

Dukung Stabilitas Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif, BRI Raih 2 Penghargaan Bank Indonesia Awards 2024

Sabtu, 30 November 2024 - 10:00 WIB

Kadin Indonesia Beber Alasan Minta Kenaikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai Sebesar 12 Persen Ditunda

Kamis, 28 November 2024 - 20:42 WIB

Konsisten Meningkatkan Kualitas Implementasi GCG, BNI Kembali Raih Predikat ‘The Best Overall in Corporate Governance’

Kamis, 28 November 2024 - 13:04 WIB

Unggul dalam Tata Kelola, BRI Dinobatkan Sebagai The Most Trusted Company 2024

Berita Terbaru