Pembelian Beras Petani, Pemerintah Perlu Jaga Keseimbangan Kenaikan HPP dan Inflasi

- Pewarta

Kamis, 15 Desember 2022 - 16:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketua Komisi IV DPR RI Sudin. (Dok. Dpr.go.id)

Ketua Komisi IV DPR RI Sudin. (Dok. Dpr.go.id)

BISNISNEWS.COM – Ketua Komisi IV DPR RI Sudin dapat memahami kebijakan pemerintah yang tetap menetapkan Harga Pokok Pembelian (HPP) beras dari petani sebesar Rp8.200 per kilogram.

Namun demikian, menurutnya, dengan HPP dengan besaran seperti itu, sudah tidak relevan lagi, mengingat sudah terjadi kenaikan harga pupuk dan BBM yang baru terjadi belakangan ini.

“Akan tetapi, kalau dinaikkan HPP ini, akan terjadi inflasi. Pemerintah banyak pertimbangan. ”

“Sehingga bagaimana menjaga kesetimbangan antara inflasi dan kesejahteraan petani,” ujar Sudin kepada Parlementaria, usai Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) Komisi IV DPR RI ke PT Wilmar Padi Indonesia (WPI), Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Selasa 13 Desember 2022

Ia berharap pemerintah dalam waktu aka nada Rapat Terbatas (Ratas) mengenai hasil kesimpulan rapat tersebut dengan Kementan dan Bulog.

Sehingga, diharapkan pada Bulan Januari atau Februari 2023, HPP tersebut akan dinaikkan di kisaran Rp8.400 atau Rp8.500.

“Itu harapan kami. Karena kami ini selalu ditanya rakyat kenapa Bulog kalau beli beras atau gabah murah sekali, ya karena berdasarkan HPP.”

“Kalau Bulog belinya lebih mahal untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP), maka akan nombok, kecuali yang untuk komersial. Untuk segmentasi beras komersial, Bulog masih berani di harga Rp10.200.”

“Tapi, kalau yang CBP tidak bisa, harus Rp8.200 atau Rp8.300. Muda-mudahan awal tahun depan ada perubahan HPP-nya,” tambah Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini.

Diketahui, usulan untuk menaikkan HPP ini dalam rangka untuk merespon tingginya pembelian harga gabah yang dilakukan oleh PT WPI. PT WPI dapat membeli gabah dari petani dengan harga yang jauh lebih tinggi dari pemerintah.

Sehingga, hal ini membuat para tengkulak, lebih memilih menjual gabah atau beras kepada pengusaha besar, dibandingkan ke penggiling lokal skala kecil.

Namun, secara jangka panjang, hal ini akan berdampak terhadap monopoli harga beras di pasaran dan matinya industri penggilingan lokal.

Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Bisnisnews.com, semoga bermanfaat.

Berita Terkait

Bimo Wijayanto Siap Jabat Dirjen Pajak, Tunggu Pelantikan dari Menteri Sri Mulyani di Kemenkeu
Kabar Pergantian Dirjen Pajak dan Bea Cukai Menguat, Kementerian Keuangan Masih Bungkam Soal Kepastian
Terbesar di Indonesia, Portofolio Sustainable Finance BRI Tembus hingga Rp796 Triliun
Ini Strategi Manajemen Risiko BRI di Tengah Dinamika Ekonomi Global, Jaga Kualitas Aset Tetap Sehat
Fokus pada Fundamental Kinerja, Ini Strategi BRI untuk Tumbuh Sehat, Berkelanjutan, dan Inklusif
Menkeu Sri Mulyani Ungkap Respons Presiden Prabowo Usai Terima Laporan Perjalanan Dinasnya ke AS
Di Tengah Dinamika Perekonomian Global, BRI Berhasil Catatkan Laba Sebesar Rp13,8 Triliun
Super App BRImo Jadi Andalan Masyarakat, Digunakan 40 Juta User dan Catat Transaksi Rp1.599 Triliun dalam 3 Bulan

Berita Terkait

Selasa, 20 Mei 2025 - 18:18 WIB

Kabar Pergantian Dirjen Pajak dan Bea Cukai Menguat, Kementerian Keuangan Masih Bungkam Soal Kepastian

Senin, 19 Mei 2025 - 12:04 WIB

Terbesar di Indonesia, Portofolio Sustainable Finance BRI Tembus hingga Rp796 Triliun

Rabu, 14 Mei 2025 - 12:51 WIB

Ini Strategi Manajemen Risiko BRI di Tengah Dinamika Ekonomi Global, Jaga Kualitas Aset Tetap Sehat

Senin, 5 Mei 2025 - 18:11 WIB

Fokus pada Fundamental Kinerja, Ini Strategi BRI untuk Tumbuh Sehat, Berkelanjutan, dan Inklusif

Kamis, 1 Mei 2025 - 09:19 WIB

Menkeu Sri Mulyani Ungkap Respons Presiden Prabowo Usai Terima Laporan Perjalanan Dinasnya ke AS

Berita Terbaru