BISNIS NEWS – Sebagai sebuah industri dasar berbasis logam, baja selalu dilihat dari seberapa besar pemanfaatannya dalam pembangunan fisik dan penyerapan tenaga kerjanya.
Dalam penilaian Liwa Supriyanti, industri baja masih akan membangun lingkungan yang lebih baik di masa depan.
Pengusaha yang telah berkecimpung selama lebih dari 20 tahun di industri perdagangan baja itu mengerti akan nilai strategis logam berat itu di berbagai sektor pembangunan.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Sosok Ini Berhasil Memberdayakan Komunitas Perempuan di Lamongan Jatim, Melalui Pendampingan BRI
SCROLL TO RESUME CONTENT
Logam ini mulai dominan menopang prikehidupan manusia sejak 4.000 tahun yang lalu dan permintaannya selalu naik dari tahun ke tahun sampai sekarang.
Nilai bisnisnya diperkirakan akan mencapai sekitar USD 14,3 triliun pada 2028.
Definisi industri baja adalah bidang usaha yang mengolah bijih besi menjadi baja.
Baca Juga:
Figur Inspiratif Lokal Gerakkan UMKM di Desa Bululor, Jambon, Ponorogo, Diberdayakan BRI
Rosan Perkasa Roeslani Jelaskan Soal Rencana Investasi Apple Sebesar 1 Miliar Dolar AS di Indonesia
Pengolahan baja juga berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.
Meskipun bukan yang utama, tapi ketersediaan material ini mutlak diperlukan saat negara dan masyarakat mengejar konstruksi atau industri yang lebih luas.
Semua hal yang kita jumpai setiap hari pasti menggunakan baja, seperti jembatan, rel, mobil, dan peralatan lain-lainnya.
Tidak bisa dipungkiri, baja memiliki dampak besar terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakat.
Baca Juga:
Di Hadapan Para Pimpinan Perusahaan AS – ASEAN, Prabowo Subianto Puji Kinerja Kabinet Merah Putih
Dikutip dari situs pribadinya, Liwa Supriyanti menyatakan, baja adalah bagian mendasar untuk menciptakan lingkungan hidup dan kondisi dunia yang lebih baik,
“Kami fokus untuk memberikan materi terbaik kepada konsumen sehingga bisa memastikan dampak ekonomi dan sosial yang positif,” ujar perempuan yang sejak 2017 telah menjabat sebagai Direktur salah satu perusahaan produsen baja terbesar di Indonesia, Gunung Prisma itu.
Masih diambil dari situs pribadinya, Liwa Supriyanti menyatakan, persaingan ekonomi dan kemunculan teknologi modern telah memacu peningkatan kualitas produksi dan menciptakan peluang di industri baja.
Salah satunya adalah pengurangan konsumsi energi fosil, beralih ke energi ramah lingkungan (green steel).
Green steel adalah metode produksi baja dengan energi hidrogen. Metode ini bisa membuka peluang kerja baru dan juga menguntungkan bagi industri lain.
Setiap industri akan selalu berkaitan. Peningkatan permintaan bagi sebuah industri yang mempekerjakan ribuan karyawan seperti pabrik baja berarti keuntungan bagi berbagai sektor yang bekerja sama dengan pabrik itu.
Seperti bank, periklanan, pemasok, jasa profesional, dan transportasi. Jadi secara keseluruhan, mereka menjadi tulang punggung bagi kemajuan ekonomi.
Di Indonesia, pemakaian baja diperkirakan akan meningkat seiring dengan pesatnya proyek infrastruktur pemerintah.
Pada 2020, penggunaannya telah meningkat sebesar 3,1% dan mencapai puncaknya pada 2021.
Sayangnya, pada tahun yang sama, ekonomi dunia sedang diguncang pandemi Covid 19, termasuk di Indonesia.
Pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan investasi dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja di sektor lain.
Terkait pandemi, Liwa Supriyanti tetap bersikap positif karena industri manufaktur baja masih memainkan peran.
“Meskipun ketidakpastian meluas dan sikap menghindari risiko sebagai akibat dari pandemi, Gunung Prisma terus memulai proyek dan bekerja sama dengan mitra kami,” ujar perempuan yang selalu menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan itu
Gunung Prisma sendiri tidak semata-mata mengejar keuntungan finansial. Salah satu dari sekian banyak proyek perusahaan ini yang berdampak positif secara ekonomi dan sosial adalah pembangkit listrik Pangkalan Susu yang berlokasi di Langkat, Sumatera Utara.
“Cara kami ingin mempromosikan industri baja untuk pembangunan ekonomi dan kondisi masyarakat adalah dengan proyek-proyek yang menggunakan baja,” kata Liwa Supriyanti ketika ditanya tentang pemikirannya tentang industri baja global.
Bantuan Pembangunan Jembatan
Proyek sosial yang membawa Liwa Supriyanti ke pedesaan adalah pembangunan jembatan di Nangela, Tegalbuleud, Sukabumi, Jawa Barat.
Bantuan tersebut sangat besar artinya bagi pembangunan jembatan. Apalagi, bukan kali ini saja Gunung Prisma memberikan bantuan sejenis, bekerja sama dengan Yayasan Sehati Gerak Bersama Sukabumi pada kegiatan tersebut.
Ketua Yayasan Sehati Gerak Bersama Sukabumi Andri Kurniawan menerangkan, adanya jembatan ini memudahkan masyarakat melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Tanpa harus melintasi aliran sungai ketika surut dan tidak bisa melintas ketika air setinggi dada orang dewasa atau lebih.***