Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian Dukung Kelapa Sawit Berkelanjutan

- Pewarta

Kamis, 17 Maret 2022 - 21:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dialog virtual bertajuk Recover Stronger through Low-Carbon Economy. (Dok. Indonesia Business Council for Sustainable Development/IBCSD)

Dialog virtual bertajuk Recover Stronger through Low-Carbon Economy. (Dok. Indonesia Business Council for Sustainable Development/IBCSD)

BISNIS NEWS – Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian sedang menyiapkan instrumen-instrumen sebagai upaya mendukung terciptanya iklim industri hilir pengguna kelapa sawit yang mengedepankan keseimbangan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.

Dialog virtual bertajuk Recover Stronger through Low-Carbon Economy digagas oleh Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) bekerja sama dengan Yayasan WWF Indonesia.

Dialog ini merupakan salah satu upaya dalam mendukung Presidensi G20 Indonesia serta mendorong peran serta aktif sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya untuk berkontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi rendah karbon dengan menerapkan praktik bisnis berkelanjutan.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika dalam kesempatan ini menyampaikan, industri sawit merupakan sektor padat karya unggulan yang menopang perekonomian nasional.

Untuk itu pengembangan keberlanjutan industri hilir minyak sawit sangat penting.

Minyak dan biomass kelapa sawit hendaknya mengikuti standar internasional yang bertumpu pada sustainable development goals sehingga palm oil Indonesia feed nation feed the world dan memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan pangan global.

“Saat ini melihat perkembangannya, dari sisi aturan dan kelengkapan ISPO untuk industri hilir kelapa sawit sudah sampai tahap final.”

“Namun masih menunggu payung hukumnya dalam waktu dekat.” kata Putu dalam keynote speech yang disampaikan.

Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan, Isy Karim menyampaikan secara umum Kementerian Perdagangan mendorong kebijakan program-program dalam rangka hilirisasi untuk produk-produk sawit tidak hanya dalam bentuk bahan mentah.

Kementerian Perdagangan ingin produksi sawit memiliki nilai yang lebih tinggi tidak hanya untuk ekspor.

“Sementara itu untuk mendukung penyerapan konsumsi produk kelapa sawit berkelanjutan dalam negeri masih menunggu arahan dari Presiden.”

Di sisi lain, peningkatan permintaan sawit kerap dikaitkan dengan permasalahan-permasalahan seputar isu lingkungan dan sosial.

Untuk itu, Senior Manager Global Community Outreach & Engagement RSPO, Imam A. El Marzuq menjelaskan bahwa penerapan praktik produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dapat menjawab tantangan tersebut.

“Penggantian kelapa sawit dengan subtitusi komoditas minyak nabati lain bukanlah solusi.”

“Jika dibandingkan dengan komoditas minyak nabati lain, kebun kelapa sawit yang tersertifikasi berkelanjutan.”

“Memiliki dampak emisi gas rumah kaca dan keanekaragaman hayati sebesar 35% dan 20% lebih kecil dibandingkan perkebunan yang belum bersertifikat.”

Untuk itu RSPO lebih mengedepankan desain tata kelola sawit yang mengadopsi penerapan Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) untuk menekan deforestasi.

Palm Oil Buyers Scorecard (POBS), publikasi tahunan yang diluncurkan oleh WWF sejak tahun 2009, bertujuan untuk melihat capaian progress perusahaan di sektor hilir.

Dalam melakukan pengadaan produk kelapa sawit dan turunannya yang berkelanjutan berdasarkan kriteria ketulusuran rantai pasok dan supplier, serta aksi dan investasi keberlanjutan, menunjukkan adanya peningkatan kesadaran hampir di semua indikator.

“Positive trends POBS di industri hilir sawit ini disebabkan oleh peningkatan awareness dan demand pressure market, ambisi sustainability sebagai core perusahaan dan kebijakan transisi ekonomi hijau rendah karbon.”

Demikian dikatakan oleh Senior Engagement Manager Global Palm Oil WWF Singapore, Octyanto Bagus Indra Kusuma.

“Sehingga semakin banyak perusahaan yang ingin memperbaiki diri dan membuktikan industri sawit bebas deforestasi dan pelanggaran HAM.”

Aspek keberlanjutan sebagai core perusahaan kini juga menjadi salah satu pertimbangan utama dalam pembiayaan investasi di sektor jasa keuangan (SJK).

Head of International Subsidiary Banking HSBC Indonesia, Charles Kho, dalam sesi panel diskusi mengutarakan Taksonomi Hijau menjadi titik awal standar bahasa rujukan yang sama bagi perbankan.

Namun, kedepannya dokumen ini saja tidak cukup, perlu adanya pengembangan standar pelaporan dan pemaparan progress aktivitas hijau secara berkala untuk mencegah terjadinya potensi praktik greenwashing.

“Dalam konteks palm oil kami dan rantai pasoknya, kami akan focus pada Green Loan-Sustainability Linked Loan (SLL), Trade Financing-Sustainability Linked Trade Load (SLTL) dan Sustainability Supply Chain Financing (SCCF) yang menggunakan dasar Green Loan Principles”.

Charles menekankan yang terpenting perusahaan memiliki indeks kinerja utama (KPI), target kinerja keberlanjutan (SPT), tata kelola yang baik agar pelaporan dan verifikasi terukur.

Ia berharap produk green loan-financing HSBC Indonesia dapat menjadi katalis percepatan aktivitas ekonomi yang dapat meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial.

Secara garis besar, dialog ini meyakini bahwa sawit berkelanjutan merupakan industri unggulan yang memiliki peran penting dalam mendukung upaya terciptanya ekonomi rendah karbon di Indonesia.

Presidensi G20 menjadi ruang bagi Indonesia menjadi leading sustainable palm oil dengan urgensi pendekatan climate change oleh negara.

Sudah saatnya isu keberlanjutan menjadi tanggung jawab kolektif yang membutuhkan sinergi lintas sektor yang kuat.

Upaya multipihak yang dilakukan oleh pemerintah, sektor jasa keuangan dan lembaga sertifikasi diharapkan dapat menciptakan ekosistem yang membuat pelaku industri hilir dan hulu sawit berlomba-lomba untuk menerapkan praktik bisnis yang berwawasan lingkungan dan sosial.***

Berita Terkait

Romadhon Jasn Menjadi Direktur Sapulangit Public Relations, Ditunjuk Sapulangit Media Circle (SMC)
BRI Siapkan Dana Rp3 Triliun untuk Buyback Saham, Optimis Terhadap Keberlanjutan Kinerja Jangka Panjang
Sapulangit PR dan Persrilis.com Berikan Jasa Public Relations dan Komunikasi Terpadu Lewat Press Release
Bank DKI Terapkan Layanan Terbatas Selama Libur Lebaran 2025, Jaga Kenyamanan Nasabah
BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID Perkuat Integrasi Rantai Pasok Aluminium Nasional dengan Proyek SGAR Fase II
Perluas Aksesibilitas Masyarakat, DPLK BRI Jalin Kerja Sama dengan Bank Raya Melalui Digitalisasi Dana Pensiun
Hadirkan Solusi Keuangan Digital untuk Pengemudi, BRI dan Blue Bird Perkuat Kerjasama
BRI Hadirkan Solusi Eksklusif Private Signature Outlet di Surabaya, Perluas Layanan Wealth Management

Berita Terkait

Senin, 21 April 2025 - 08:22 WIB

Romadhon Jasn Menjadi Direktur Sapulangit Public Relations, Ditunjuk Sapulangit Media Circle (SMC)

Senin, 14 April 2025 - 13:14 WIB

BRI Siapkan Dana Rp3 Triliun untuk Buyback Saham, Optimis Terhadap Keberlanjutan Kinerja Jangka Panjang

Senin, 14 April 2025 - 07:29 WIB

Sapulangit PR dan Persrilis.com Berikan Jasa Public Relations dan Komunikasi Terpadu Lewat Press Release

Kamis, 3 April 2025 - 11:15 WIB

Bank DKI Terapkan Layanan Terbatas Selama Libur Lebaran 2025, Jaga Kenyamanan Nasabah

Kamis, 27 Maret 2025 - 13:13 WIB

BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID Perkuat Integrasi Rantai Pasok Aluminium Nasional dengan Proyek SGAR Fase II

Berita Terbaru