BISNIS NEWS – Dalam setahun kilang kilang milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sudah lima kali mengalami insiden terbakar.
Yakni kebakaran 2 kali kilang Balikpapan, 1 kali kilang Balongan dan 2 kali kilang Cilacap.
Namun Investigasi terhadap penyebab kebakaran tampaknya belum dapat dijelaskan semuanya secara tuntas.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Kementan akan Bagikan Benih Gratis untuk Para Petani yang Lakukan Percepatan Tanam di Oktober 2024
Kick Off Semarak HUT 129 BRI di Kantor Pusat Jakarta, Usung Tema Brilian dan Cemerlang
SCROLL TO RESUME CONTENT
Padahal ini sangat diperlukan untuk menghindari agar masalah ini tidak terjadi dalam skala yang lebih luas yang berpotensi membawa dampak buruk pada ketahanan energi nasional.
Padahal diperlukan investigasi dan analisis yang bersifat menyeluruh terhadap masalah ini.
Mengingat kebakaran yang berulang ulang tidak mungkin dapat dianggap sebagai insiden belaka, namun diduga disebabkan oleh latar belakang yang lebih kompleks.
Baca Juga:
Wamentan Sudaryono Pastikan Ketersediaan Pupuk Aman, Dorong Petani Tanam di Bulan Oktober 2024
BRI Peduli Berhasil Kelola 22 Ton Sampah, Jaga Aspek Keberlanjutan Lingkungan Event MotoGP Mandalika
Layanan Wealth Management BRI Peroleh Pengakuan Kelas Dunia Sebagai Best Private Bank for HNWIs
Itulah pentingnya tim investigasi yang bagus agar dapat melihat masalah ini secara utuh dan jujur.
Selain investigasi terhadap penyebab yang bersifat tehnis yang menyangkut masalah masalah di lapangan, perlu juga dilihat hal hal yang lebih strategis.
Mulai dari masalah regulasi dan peraturan yang menaungi sektor migas, masalah keuangan pertamina, masalah impor BBM, dan masalah sumber daya manusia di Pertamina.
Ini semua harus dianalisis secara komprehensif apakah ada hubungannya dengan berbagai insiden yang terjadi di Pertamina belakangan ini.
Baca Juga:
Wamentan Sudaryono Minta Jajaran Kementan Maksimalkan Pelayanan Terhadap Petani dengan Sepenuh Hati
Pisang Sale Mades Makin Berkembang lewat Pemberdayaan BRI, Mengolah Produk Kearifan Lokal
Sebagaimana diketahui Pertamina tidak hanya mengalami 5 kali kebakaran kilang dalam setahun terakhir, namun ada juga kecelakaan atau insiden lainnya seperti kebocoran Hulu ONWJ, kebocoran pipa dalam cukup besar dan lain sebagainya.
Sehingga beberapa waktu lalu Pertamina sempat dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak aman untuk investasi dikaitkan dengan insiden yang sering terjadi di Pertamina.
Investigasi dan analisis menyeluruh akan menghasilkan saran tindak yang lebih akurat untuk menghadapi tantangan sektor migas ke depan dan tantangan sektor energi yang tampaknya akan semakin berat dimasa mendatang.
Adanya isue transisi energi bisa saja ada kaitanya dengan berbagai peristiwa insiden yang dihadapi Pertamina.
Diantaranya yang paling mungkin adalah semakin sulitnya perusahaan migas di masa mendatang mendapatkan sumber sumber pembiayaan.
Presiden Jokowi seharusnya segera membentuk atau mengerahkan tim yang berasal dari berbagai unsur untuk mencari tau penyebab insiden kebakaran kilang yang tentu saja merugikan keuangan negara ini.
Selain itu Presiden sendiri pernah memberikan peringatan kepada semua pihak mengenai pembangunan kilang yang tidak mengalami kemajuan meski 1 % selama masa pemerintahannya.
Kenyataan yang dihadapi sekarang malah terbalik, bukan kilang yang terbangun akan tetapi malah kilang yang ada defisit akibat kebakaran.
Investigasi dan analisis menyeluruh nantinya dapat menjadi dasar untuk membangun regulasi yang lebih baik dan lebih kuat untuk menaungi sektor migas dari tekanan geopolitik, mengubah semua UU serta regulasi yang memberatkan sektor migas.
Selain itu analisis yang komprehensif dapat menjadi dasar untuk memperkuat keuangan pertamina.
Sbumber sumber pembiayaan dan kepastian dalam dukungan kompensasi dan subsidi migas yang selama ini tidak pasti.
Hal yang jarang dibicarakan dan kurang menjadi perhatian belakangan ini adalah penguatan kapasitas sumber daya manusia Pertamina.
Presiden Jokowi dapat memberi atensi secara kuat terhadap masalah ini.
Mengingat migas masih menjadi kunci katahanan dan stabilitas nasional ditengah gejolak geopolitik global.
Kalau terjadi apa apa dengan ketersediaan BBM di Singapura bagaimana Indonesia bisa dapat migas, sementara kilang kilang di Indonesia defisit akibat kebakaran.
Jadi begitu ya, tinggalkan kebiasaan lama, segera berbenah dan berubah!
Opini: Salamuddin Daeng, Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI).***