Catatan Akhir Tahun 2022 CERI, Hampir Semua Proyek Kilang Pertamina Berpotensi Molor

- Pewarta

Sabtu, 31 Desember 2022 - 17:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman. (Dok. Cerinews.id)

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman. (Dok. Cerinews.id)

BISNISNEWS.COM – Keinginan Presiden Jokowi di awal memerintah pada tahun 2015 agar Indonesia bisa menekan impor BBM yang telah membebani neraca transaksi berjalan dengan membangun beberapa kilang minyak, tampaknya sulit menjadi kenyataan.

Bahkan bisa jadi di akhir pemerintahannya pada Oktober 2024 tak satu pun proyek RDMP (Refinery Develoment Master Plan) dan GRR (Grass Root Refinery) bisa diresmikan Presiden Jokowi.

Pasalnya, kemajuan proyek RDMP Balikpapan hingga akhir tahun 2022 hanya 55,6 %, termasuk proyek GRR Rosneft Tuban yang sudah selesai tahap FEED  (Front End Enginerring Design) sejak Mei 2022

Tapi belum ada kejelasan untuk tahap konstruksinya, alasannya jamak yakni Rosneft negaranya lagi perang.

Demikian pernyataan Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman dalam Catatan Akhir Tahun 2022 CERI, Sabtu (31/12/2012) di Jogyakarta.

“Sebab, membangun kilang sejak pra konstruksi hingga beroperasi kilang secara komersial setidaknya butuh waktu 4 tahun, di luar kegiatan FEED dan DED serta pembuatan Scope of Work.”

“Begitu juga terhadap proyek pembangunan kilang Olefin TPPI Tuban, hingga saat ini pelaksanaan Design Build Competition yang dilakukan dua konsorsium juga molor selesainya dari jadwal 270 hari terhitung 16 Desember 2021,” ulas Yusri.

Semua kelambatan itu, kata Yusri, diduga lebih disebabkan kondisi cash flow Pertamina sangat berat sejak sebelum proyek-proyek ini direncanakan hingga saat ini.

Tentu semuanya bisa terjadi akibat lamanya pemerintah membayar subsidi BBM & LPG serta beban global bond Pertamina untuk proyek investasi blok migas di luar negeri yang tidak efisien

Juga sulitnya mencari pendanaan dari lembaga keuangan dunia serta kontrak panjang LNG yang diduga bermasalah.

“Coba bandingkan investasi hulu Pertamina di blok Rokan yang hanya USD 725 juta untuk signature bonus yang masuk ke kantong pemerintah.”

“Dengan Komitmen Kerja Pasti USD 500 juta dengan produksi 160.000 barel perhari, dengan investasi di luar negeri yang bersumber global bond sekitar USD 10 miliar.”

“Dari 13 negara Pertamina beroperasi, tetapi hanya menghasilkan minyak mentah hanya sekitar 110.000 barel perhari, ironis memang,” ungkap Yusri.

Padahal, sambung Yusri, problem mendasarkan Indonesia adalah di hulu, yaitu soal lifting minyak yang melorot terus selama ini, bahkan semakin parah saja.

“Jikapun kilang berhasil dibangun semuanya, memang impor BBM berkurang, tetapi impor minyak mentah akan semakin membesar, sebab konsumsi kita sudah mencapai 1.5 juta barel perhari,” ulas Yusri.

Jadi, kata Yusri, membangun kilang tidak menjamin mengurangi impor minyak mentah maupun BBM, kecuali program B40 hingga B50 dan proses transisi energi berbasis tenaga listrik bisa lebih cepat, asalkan terjangkau oleh daya beli mayoritas rakyat Indonesia.

“Apalagi jika dalam perencanaan hingga  pelaksanaan membangun kilang dilakukan secara ugal-ugalan sejak awal.”

Rilisbisnis.com mendukung program publikasi press release di media khusus ekonomi & bisnis untuk memulihankan citra yang kurang baik ataupun untuk meningkatan reputasi para pebisnis/entrepreneur, korporasi, institusi ataupun merek/brand produk.

“Bisa berakibat investasi yang tidak efisien, akhirnya membuat BPP (Biaya Pokok Produksi) kilang tinggi, sehingga kalah bersaing dengan kilang tetangga,” beber Yusri.

Jadi, kata Yusri, kegundahan Jokowi saat itu telah direspon oleh Direksi Pertamina dengan gaya asal bapak senang, dengan program melakukan revitalisasi beberapa kilang minyak.”

“Yaitu proyek RDMP kilang Balikpapan, kilang Cilacap, kilang Balongan dan kilang Dumai serta membangun kilang baru atau GRR kilang Olefin TPPI  dan Rosneft Tuban, meskipun tak punya kemampuan finansial.

“Program Jokowi untuk membangun kilang tampaknya terkendala dari sisi kemampuan dana Pertamina dan sumber pembiayaan dari lembaga keuangan serta proses bisnis yang terkesan buruk dalam memilih kontraktor EPC nya,” tandas Yusri.

Proses bisnis yang buruk dalam menentukan kontraktor EPC itu, kata Yusri, konon kabarnya dipengaruhi oleh oknum elit-elit politik partai pendukung Jokowi sendiri.

“Sebab, nilai setiap proyek RDMP itu berkisar USD 5 miliar atau setara 75 triliun, sementara untuk proyek GRR berkisar USD 15 miliar atau setara RP 230 triliun.”

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

“Wajar jika para investor mencari dukungan elit politik dan calo bergentayangan berburu rente agar bisa menjadi pemenangnya,” timpal Yusri.

Sebagai contoh nyatanya, kata Yusri, proyek RDMP Balikpapan progresnya sangat lambat, sejak ground breaking pada Maret 2019 hingga akhir tahun 2020 progresnya tak lebih dari 56 persen.

“Selain terlambat, ternyata change order (co) RDMP Balikpapan kabarnya sudah  diatas 10 persen, tentu diduga telah melanggar Peraturan Pemerintah nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,” kata Yusri.

Parahnya lagi, kata Yusri, beredar kabar buruk lantaran banyak subkon yang bekerja di RDMP pada nangis darah dalam menunggu bayaran dari konsorsium EPC, dan bahkan malah banyak yang sudah ulang tahun menunggunya.

Peluang bagi aktivis pers pelajar, pers mahasiswa, dan muda/mudi untuk dilatih menulis berita secara online, dan praktek liputan langsung menjadi jurnalis muda di media ini. Kirim CV dan karya tulis, ke WA Center: 087815557788.

“Sehingga Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Holding, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat berkunjung ke proyek RDMP Balikpapan 18 September 2021, telah memberikan peringatan keras kepada konsorsium EPC.”

“Dia menyatakan pihaknya mau proyek ini selesai dengan segala konsekwensinya, tetapi harus tetap sesuai aturan dan asas keadilan,” ujar Yusri.

Menurut Yusri, begitu juga proyek kilang Olefin Tuban bernilai sekitar USD 5 miliar atau Rp 76 triliun.

“Untuk pembuatan FEED, DEED dan Scope of Work dengan sistem Design Build Competition yang kontrak 15 Desember 2021 dengan durasi kerja 270 hari.”

“Hingga saat ini belum selesai alias molor dari jadwal, sehingga Pertamina Kilang Internasional belum bisa menunjuk siapa konsorsium EPC,” kata Yusri.

Yusri mengatakan, Konsorsium EPC untuk RDMP Balikpapan hampir sama dengan salah satu pemenang “Dual Build Competition” Kilang Olefin TPPI Tuban, yaitu konsorsium Hundyai EC dan kawan-kawan.

“Ketika dikonfirmasi soal molornya beberapa proyek kilang Pertamina kepada Manager Corporate Comunication PT Kilang Pertamina International, Mila Suciani sejak Jumat pagi 23 Desember 2022, dia hanya mengatakan, nanti saya check dulu ya.”

“Namun hingga diberitakan ini tampaknya dia tak mampu menjawab pertanyaan sederhana  kami,” tukas Yusri.

Jadi, tegas Yusri, terkesan kental Pertamina Kilang sekarang dikelola seperti lembaga intelijen, sangat tertutup rapat informasinya.

“Padahal pertanyaan kami sederhana saja, sudah berapa persen kemajuan proyek RDMP Balikpapan dan proyek kilang Olefin Tuban serta proyek GRR Tuban. Jadi pahamkan?,” pungkas Yusri.***

Berita Terkait

Salurkan Kredit Senilai Rp199,83 Triliun di Sektor Pertanian, Peran Aktif BRI Dukung Ketahanan Pangan
Rosan Perkasa Roeslani Jelaskan Soal Rencana Investasi Apple Sebesar 1 Miliar Dolar AS di Indonesia
Ini Strategi BRI Perkuat Inovasi dalam Transformasi Digital Perbankan, Hadapi Tantangan Perubahan Pasar
Transformasi Digital BRI Berbuah Prestasi di Digital Banking Awards 2024, Unggul Soal Dimensi Data dan Kolaborasi
Desa BRILiaN dengan Sejuta Potensi Alam dan Budaya, Mengenal Desa Batuan Sukawati di Bali
Perluas Inklusi Keuangan di Kawasan Asia Tenggara, BRI Luncurkan BRImo di Timor Leste
Tawarkan Progam Special BRIguna dengan Suku Bunga Mulai dari 8,129% dan Diskon Biaya Provisi 50%, BRI HUT ke-129
Menperin Sebut Proposal yang Diajukan Apple Sebesar 100 Juta Dolar AS Belum Penuhi 4 Aspek Berkeadilan
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Kamis, 5 Desember 2024 - 11:22 WIB

Salurkan Kredit Senilai Rp199,83 Triliun di Sektor Pertanian, Peran Aktif BRI Dukung Ketahanan Pangan

Selasa, 3 Desember 2024 - 22:50 WIB

Ini Strategi BRI Perkuat Inovasi dalam Transformasi Digital Perbankan, Hadapi Tantangan Perubahan Pasar

Selasa, 3 Desember 2024 - 09:37 WIB

Transformasi Digital BRI Berbuah Prestasi di Digital Banking Awards 2024, Unggul Soal Dimensi Data dan Kolaborasi

Senin, 2 Desember 2024 - 19:02 WIB

Desa BRILiaN dengan Sejuta Potensi Alam dan Budaya, Mengenal Desa Batuan Sukawati di Bali

Minggu, 1 Desember 2024 - 20:54 WIB

Perluas Inklusi Keuangan di Kawasan Asia Tenggara, BRI Luncurkan BRImo di Timor Leste

Jumat, 29 November 2024 - 09:52 WIB

Tawarkan Progam Special BRIguna dengan Suku Bunga Mulai dari 8,129% dan Diskon Biaya Provisi 50%, BRI HUT ke-129

Selasa, 26 November 2024 - 08:37 WIB

Menperin Sebut Proposal yang Diajukan Apple Sebesar 100 Juta Dolar AS Belum Penuhi 4 Aspek Berkeadilan

Senin, 25 November 2024 - 16:54 WIB

Kementerian BUMN Laporkan Pendapatan Negara dari Deviden BUMN Tercapai 100 Persen Senilai 85,5 Triliun

Berita Terbaru