BISNISNEWS.COM – Diperkirakan GoTo tidak kuat lagi menanggung rugi yang mencapai Rp6,47 dan Rp7,14 triliun pada Q1 dan Q2/2022: total akumulasi rugi mencapai Rp92,8 triliun per 6/2022.
Akumulasi rugi per akhir September 2020 bisa naik menjadi Rp100 triliun.
Kalau tidak ada investor suntik dana lagi, GoTo akan kolaps alias bangkrut: sampai kapan investor mampu membiayai kerugian GoTo yang gigantis tersebut?
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Pengusaha Wanita Ini Berhasil Sulap Kelor Jadi Aneka Olahan Pangan yang Digemari, Manfaatkan KUR BRI
Bank DKI Siap Kooperatif dalam Proses Hukum Kredit kepada PT Sritex
Tiket Presale Panggung Musikal Keluarga Cemara Ludes, Libur Sekolah Jadi Momen Kembali ke Keluarga

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sepertinya GoTo bisa kolaps bersamaan resesi global?
Yang menarik, harga saham GoTo malah naik pesat belakangan ini, dari Rp184 pada 1 Nov menjadi Rp222 pada 18 Nov.
Dua minggu menjelang lockup saham pendiri berakhir per 30 Nov 2022: apakah investor akan berlomba-lomba menjual sahamnya, dan meraih untung dua kali lipat dari bursa?
Baca Juga:
Salah Satu Alasan Pentingnya UMKM Publikasi Press Release, Biaya Tampil di Media Online Itu Hemai
Bimo Wijayanto Siap Jabat Dirjen Pajak, Tunggu Pelantikan dari Menteri Sri Mulyani di Kemenkeu
Bagaimana nasib investasi Telkomsel di GoTo? Apakah akan ada kerugian negara
Bagaimana nasib investor publik yang membeli saham perusahaan yang sedang rugi besar, yang menurut peraturan sebelumnya tidak boleh IPO?
Kalau terjadi kerugian pada investor publik tersebut, siapa yang bisa dimintakan pertanggungjawabannya?
OJK? Apakah bisa masuk kategori persekongkolan jahat?
Oleh: Anthony Budiawan – Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies). ***
Klik Google News untuk mengetahui aneka berita dan informasi dari editor Bisnisnews.com, semoga bermanfaat.