BISNIS NEWS – Penulis mengenal KA Cepat Maglev (Magnetically Levitated Train) atau KA Cepat dengan roda penyangga berupa lempeng baja yang mengambang sekian mm diatas lempeng baja rel dibawahnya.
Saat itu sekitar tahun 2007 ketika kunjungan untuk kepentingan “Factory Test” pembangkit di Harbin China.
Ketika itu penulis mendapat penugasan dari PLN sebagai Pimpro Proyek PLTU Tanjung Awar2 Tuban, Jatim dengan Main Contractor Shinomach – CNEEC dari China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketika mau naik KA Cepat itu sempat kaget, ini KA kok tidak ada rodanya? Padahal berstatus sebagai KA Cepat?
Ternyata sebagai pengganti roda adalah lempeng baja menyerupai “per” truck yang bertumpu diatas rel (lebih lebar dari rel KA konvensional).
Saat KA mau berangkat, lempeng serupa “per” itu terangkat sekian mm diatas rel , kemudian setelah sekian detik dengan gaya magnet terdorong kedepan dengan kecepatan tinggi.
Menurut penjelasan saat berada dalam gerbong KA dimaksud, kecepatan maksimum bisa mendekati kecepatan pesawat sekitar 900 Km/jam.
Kecepatan yang tinggi ini bisa dicapai karena teknologi Maglev dengan “roda” lempeng baja tersebut.
Bagaimana dengan KA cepat China pada Proyek Jakarta – Bandung?
Informasi yang ada saat melaunching Proyek tersebut dikatakan bahwa jenis KA adalah KA mutakhir dengan teknologi Maglev (sepadan dengan nilai proyek awal saat itu sebesar Rp 86 trilyun).
Namun saat KA Cepat tersebut mulai tiba di Indonesia dan diliput oleh beberapa media televisi beberapa hari yang lalu, ternyata gerbong gerbong KA Cepat China tersebut terlihat rodanya yang sedang nangkring diatas rel KA Convensional.
Walaupun KA Shinkanzen Tokyo – Osaka pun masih memakai teknologi konvensional juga meskipun kecepatan nya bisa mencapai 350 Km/jam.
Dengan demikian ada pertanyaan. Bagaimana sesungguhnya spesifikasi teknik KA yang dipesan dari China pada awal 2015 (awal kekuasaan rezim Jokowi) itu?
Spesifikasi klas Maglev , atau Parahiyangan, atau Argobromo , atau Shinkanzen ?
Opini : Ahmad Daryoko, Koordinator INVEST (Indonesia Valuation for Energy and Infrastructure).***